Keputusan dan Multi-Kriteria

MAKALAH
KEPUTUSAN DAN MULTI-KRITERIA




Mata Kuliah : Teori Pengambilan Keputusan
Dosen Pembimbing :
Dwi Nur Aini. SE. M. M


Dibuat oleh:

Abu Tholib                       (12311099)
Khusnul Khotima           (12311062)
Meylinda Aviyani            (12311063)
Okky Yolanda A.H          (12311061)
Wahyu Dwi Kurniawan (12311085)
Ismatul Khotimah          (12311054)
Nanik Eliza                       (12311089)
Doris Roif                        (12311068)


PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2014


KATA PENGANTAR



Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Manajemen Strategik dengan judul Keputusan dan Multi-Kriteria.
Kami memilih judul tersebut dengan maksud agar para pembaca, masyarakat umum serta mahasiswa pada khususnya agar dapat memahami dan mengetahui tentang Keputusan dalam Keadaan Risiko.
Selanjutnya pada kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan terimakasih kepada :
  1. Dewi Nur Aini S.E., M.S.M yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami sehingga terwujudnya makalah ini.
  2. Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu per satu yang turut membantu kelancaran dalam penyusunan makalah ini.
Kami sadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kami mohon maaf serta mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya dengan iringan do’a yang tulus ikhlas semoga makalah ini dapat bermanfa’at bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.


Gresik, 15 Juni 2014



  Kelompok



 

BAB I

PENDAHULUAN



  1. Latar Belakang

Untuk peningkatan produktivitas dalam suatu proses produksi diperlukan penetapan sistem perawatan yang tepat. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan secara cermat mengenai sistem perawatan yang akan diterapkan sehubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh pada kondisi peralatan yang dikerjakan.
Pemilihan strategi sistem perawatan yang tepat dapat memberikan hasil optimum terhadap kesiapan mesin dalam menunjang program produksi. Dengan demikian, penerapan sistem perawatan yang tepat merupakan suatu cara untuk mencapai usaha yang menguntungkan.
Dalam pemilihan terhadap alternatif sistem perawatan tersebut diperlukan suatu metode pendukung, yaitu analisa keputusan yang merupakan suatu metode yang digunakan oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi semua alternatif yang ada. Umumnya alternatif-alternatif tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan sendirisendiri, yang membuat pengambil keputusan sukar untuk menentukan pilihannya. Dari alasan di atas, maka salah satu cabang analisa keputusan yang sesuai dengan masalah ini adalah Multi-Criteria Decision Making.
Setelah didapat alternatif sistem perawatan yang terbaik, maka dilakukan suatu perhitungan dengan metode heuristic yang mempertimbangkan perubahan terkecil, dengan tujuan untuk menentukan kriteria keputusan yang paling penting/kritis.

  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, penulis dapat menemukan rumusan masalah sebagai berikut :
  1. Apa yang dimaksud dengan keputusan?
  2. Apa saja bentuk dan jenis dari keputusan?
  3. Bagaimana dasar pengambilan keputusan?
  4. Apa yang dimaksud dengan multi-kriteria?
  5. Apa saja tujuan untuk mengambil keputusan?
  6. Apa yang dimaksud dengan Analytical hierarchy process (AHP)?
  7. Apa yang dimaksud dengan Model Perhitungan nilai (scoring)?
  1. Tujuan Makalah
Tujuan dalam pembahasan makalah ini, yang berjudul “Keputusan dan Multi-Kriteria” berdasarkan rumusan masalah di atas antara lain :
  • Untuk mengetahui pengertian dari keputusan.
  • Untuk mengetahui bentuk-bentuk dan jenis-jenis dari keputusan.
  • Untuk mengetahui dasar pengambilan keputusan.
  • Untuk mengetahui pengertian dari multi-kriteria.
  • Untuk mengetahui tujuan dari pengambilan keputusan.
  • Untuk mengetahui pengertian dari Analytical hierarchy process (AHP).
  • Untuk mengetahui pengertian dari Model Perhitungan nilai (scoring).


BAB II

PEMBAHASAN



  1. Definisi Keputusan

Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan - kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi lemah. Keputusan adalah suatu ketetapan yang diambil oleh organ yang berwenang berdasarkan kewenangan yang ada padanya.

  1. Bentuk-Bentuk atau Jenis-Jenis Keputusan

  1. Keputusan Terprogram
Merupakan keputusan yang berulang dan telah ditentukan sebelumnya, dalam keputusan terprogram prosedur dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami organisasi. Keputusan terprogram memiliki struktur yang baik karena pada umumnya kriteria bagaimana suatu kinerja diukur sudah jelas, informasi mengenai kinerja saat ini tersedia dengan baik, terdapat banyak alternatif keputusan, dan tingkat kepastian relatif yang tinggi. Tingkat kepastian relatif adalah perbandingan tingkat keberberhasilan antara dua alternatif atau lebih. Contoh keputusan terprogram adalah, aturan umum penetapan harga pada industri rumah makan dimana makanan akan diberi harga hingga tiga kali lipat dari direct cost.
  1. Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan ini belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan tidak terprogram tidak ada prosedur baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Keputusan ini dilakukan ketika organisasi menemui masalah yang belum pernah mereka alami sebelumnya, sehingga organisasi tidak dapat memutuskan bagaimana merespon permasalahan tersebut, sehingga terdapat ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat menyelesaikan permasalahan atau tidak, akibatnya keputusan tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit alternatif keputusan dibandingkan dengan keputusan terprogram selain itu tingginya kompleksitas dan ketidakpastian keputusan tidak terprogram pada umumnya melibatkan perencanaan strategik.

  1. Dasar Pengambilan Keputusan

  1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi, yaitu pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan hati yang seringkali bersifat subyektif. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat, untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan sepihak dan bersifat perasaan. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini memberikan keuntungan, yaitu :
    a. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
    b. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
  2. Pengambilan Keputusan Rasional, yaitu pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional berfikir dan lebih bersifat objektif. Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna pikir. Masalah–masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif dan dapat diukur.
  3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman, yaitu pengambilan keputusan yang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis di kemudian hari.
  4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta, yaitu pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan data empiris dan fakta nyata sehingga dapat memberikan keputusan yang valid sehingga tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi. Istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
  5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang, yaitu pengambilan keputusan yang berdasarkan atas wewenang/kedudukan yang dimiliki oleh seseorang yang menjadi pemimpin. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.

  1. Definisi Multi-Kriteria

Multi-criteria decision making (MCDM) merupakan teknik pengambilan keputusan dari beberapa pilihan alternatif yang ada. Di dalam MCDM ini mengandung unsur attribute, obyektif, dan tujuan.
  • Attribute menerangkan, memberi ciri kepada suatu obyek. Misalnya tinggi, panjang dan sebagainya.
  • Obyektif menyatakan arah perbaikan atau kesukaan terhadap attribute, misalnya memaksimalkan umur, meminimalkan harga, dan sebagainya. Obyektif dapat pula berasal dari attribute yang menjadi suatu obyektif jika pada attribute tersebut diberi arah tertentu.
  • Tujuan ditentukan terlebih dahulu. Misalnya suatu proyek mempunyai obyektif memaksimumkan profit, maka proyek tersebut mempunyai tujuan mencapai profit 10 juta/bulan.
Kriteria merupakan ukuran, aturan-aturan ataupun standar-standar yang memandu suatu pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dilakukan melalui pemilihan atau memformulasikan atribut-atribut, obyektif-obyektif, maupun tujuan-tujuan yang berbeda, maka atribut, obyektif maupun tujuan dianggap sebagai kriteria. Kriteria dibangun dari kebutuhan-kebutuhan dasar manusia serta nilai-nilai yang diinginkannya. Ada dua macam kategori dari Multi-criteria decision making (MCDM), yaitu :
1. Multiple Objective Decision Making (MODM)
2. Multiple Attribute Decision Making (MADM)
Multiple Objective Decision Making (MODM) menyangkut masalah perancangan (design), di mana teknik-teknik matematik optimasi digunakan, untuk jumlah alternatif yang sangat besar (sampai dengan tak berhingga) dan untuk menjawab pertanyaan apa (what) dan berapa banyak (how much).
Multiple Attribute Decision Making (MADM), menyangkut masalah pemilihan, dimana analisa matematis tidak terlalu banyak dibutuhkan atau dapat digunakan untuk pemilihan hanya terhadap sejumlah kecil alternatif saja. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan bagian dari teknik MADM.

  1. Tujuan untuk Mengambil Keputusan

Terdiri dari 3 teknik, yaitu:
  • Program Tujuan (goal programming)
Goal programming adalah kelanjutan dari LP (Linear Programming) yang digunakan untuk menyelesaikan masalah program linier dengan fungsi obyektif majemuk atau fungsi tujuan yang lebih dari satu. Adapun tiap fungsi tujuan dinyatakan sebagai goal. Tujuan dari goal programming adalah untuk meminimumkan penyimpangan dalam mencapai tujuan suatu masalah. Oleh karena itu, setiap goal merupakan bagian dari fungsi tujuan.
Beberapa tujuan yang diurut berdasar tingkat kepentingan:
  • Untuk menghindari pemutusan hubungan kerja (PHK), perusahaan tidak mau menggunakan waktu tenaga kerja kurang dari 40 jam per hari.
  • Perusahaan mencapai tingkat keuntungan yang memuaskan sebesar $1.600 per hari.
  • Karena tanah liat harus disimpan di tempat khusus supaya tidak kering, perusahaan lebih memilih untuk tidak menyimpan tanah liat lebih dari 120 pon tiap hari.
  • Karena biaya overhead tinggi ketika pabrik dijalankan lebih dari jam tenaga kerja normal, perusahaan berusaha meminimumkan waktu kerja lembur.
  • Perusahaan tidak bisa memproduksi lebih dari 30 mangkok dan 20 cangkir tiap hari.
  • Tujuan pertama
x1+2x2+d1- - d1+= 40
d1- menunjukkan pemanfaatan rendah terhadap tenaga kerja dan d1+ menunjukkan waktu lembur /overtime. Misal x1 = 5 dan x2 = 10 maka
25 +d1- - d1+= 40
25 +15 - d1+= 40
Meminimalkan P1d1-
  • Tujuan kedua
40x1 + 50x2 + d2-+ d2+ = $1.600
Meminimalkan P1d1- , P2d2-, P4d1+
  • Tujuan ketiga
4x1 + 3x2 + d3-+ d3+ = 120 pon
Meminimalkan P1d1- , P2d2-, P3d3+, P4d1+
  • Tujuan keempat
Meminimalkan P1d1- , P4d1+
  • Tujuan keempat (tambahan)
Membatasi waktu lembur sampai dengan 10 jam
d1+ + d4- - d4+= 10
  • Tujuan kelima
x1 + d5- = 30 mangkok
x2 + d6- = 20 cangkir
Meminimalkan P1d1- , P2d2-, P3d3+, P4d4+ , 4P5d5- + 5P5d6
NB : dijumlahkan karena berada pada tingkat priotitas yang sama
Penyelesaian
  • Meminimalkan
P1d1- , P2d2- , P3d3+ , P4d4+ , P4d4+ , 4P5d5- + 5P5d6
  • Batasan
x1+2x2+d1- - d1+= 40
40x1+50x2+d2- - d1+= 1.600
4x1+3x2+d3- - d3+= 120
d1+ + d4- - d4+= 10
x1 + d5-= 30
x2 + d6-= 20
x1 , x2 , d1-, d1+ , d2-, d2+ , d3-, d3+ , d4-, d4+ , d5-, d6- ≥ 0
Interpretasi Grafik
  • Solusi Titik C ditentukan dengan pemecahan secara stimultan dua persamaan yang berpotongan pada titik ini. Jadi hasilnya :
x1= 15 mangkok
x2= 20 cangkir
d1+ = 15 jam
NB: Variabel-variabel penyimpangan d1-, d2-, d3+ semua adalah nol, variabel-variabel tersebut telah diminimisasi dan ketiga tujuan pertama telah tercapai. Penyelesaina tsb bukan optimal, tetapi paling memuaskan
.
  1. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Penggunaan AHP, Southcorp Development mendirikan dan mengelola mall di Amerika. Perusahaan telah mengidentifikasikan tiga lokasi potensial untuk proyek terakhirnya yaitu Atlanta, Birmingham, dan Charlotte. Perusahaan juga telah mengidentifikasikan empat kriteria utama sebagai dasar perbandingan lokasi, yaitu :
(1) Pangsa pasar pelanggan; (2) tingkat pendapatan; (3) infrastruktur dan (4) transportasi.
Tujuan perusahaan keseluruhan adalah memiliki lokasi terbaik
Analytical hierarcy process (AHP)
  • Matriks perbandingan pasangan (pairwise comparison matrix)
Lokasi
Pangsa Pasar
A
B
C
A
1
3
2
B
1/3
1
1/5
C
½
5
1
  • Tingkat pendapatan Infrastuktur Transportasi
Penyelesaian
  • Proses Sintesis
Lokasi
Pangsa Pasar
A
B
C
A
1
3
2
B
1/3
1
1/5
C
½
5
1

11/6
9
16/5

  • Matriks Normalisasi
Lokasi
Pangsa Pasar
A
B
C
A
6/11
3/9
5/8
B
2/11
1/9
1/16
C
2/11
5/9
5/16

Penyelesaian
  • Vektor
Lokasi
Pangsa Pasar
Rata-rata Baris
A
B
C
A
0,5455
0,3333
0,625
0,5012
B
0,1818
0,1111
0,0625
0,1185
C
0,2727
0,5556
0,3803
0,3803




1

  • Pangsa Pasar Tingkat Pendapatan Infrastruktur Transportasi



  • Vektor Preferensi
Lokasi
Kriteria
Pasar
Tingkat Pendapatan
Infrastruktur
Transportasi
A
0,5012
0,2819
0,179
0,1561
B
0,1185
0,0598
0,685
0,6196
C
0,3803
0,6583
0,136
0,2243

Merangking Kriteria
  • Matriks perbandingan pasangan
Kriteria
Pasar
Pendapatan
Infrasturkur
Transportasi
Pasar
1
1/5
3
4
Pendapatan
5
1
9
7
Infrastruktur
1/3
1/9
1
2
Transportasi
1/4
1/7
½
1

  • Matriks normalisasi yang dikonversi
Kriteria
Pasar
Pendapatan
Infrasturkur
Transportasi
Rata-rata baris
Pasar
0,1519
0,1375
0,2222
0,2857
0,1993
Pendapatan
0,7595
0,6878
0,6667
0,5
0,6535
Infrastruktur
0,0506
0,0764
0,0741
0,1429
0,086
Transportasi
0,038
0,0983
0,037
0,0714
0,0612

Rangking Kriteria
  • Vekor Preferensi
Kriteria
Mengembangkan Rangking Keseluruhan
Kriteria
Lokasi
Skor
Charlotte
0,5314
Atlanta
0,3091
Birmingham
0,1595

1

Metode Analytic Hierarchy Process(AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 –an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor –faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian –penilaian dan nilai –nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis. Analytic Hierarchy Process(AHP) dapat menyelesaikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat di artikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria),struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. Menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian –bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana
yang dipersentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.
Analytic Hierarchy Process(AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari :
  1. Reciprocal Comparison,yang mengandung arti si pengambil keputusan harus bisa membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala x, maka B lebih disukai dari A dengan skala .
  2. Homogenity,yang mengandung arti preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogenous dan harus dibentuk suatu’cluster’ (kelompok elemen-elemen) yang baru.
  3. Independence,yang berarti preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh dalam model AHP adalah searah keatas, Artinya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen dalam level di atasnya.
  4. Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
Tahapan –tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut :
  1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan
  2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif - alternatif pilihan yang ingin di rangking.
  3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau Judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
  4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
  5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vectormaksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.
  6. Mengulangi langkah, 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
  7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintetis pilihan dalam penentuan prioritas elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
  8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0,100 maka penilaian harus diulangi kembali.
  • Prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process(AHP)
Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :
  1. Decomposition
Decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur – unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur –unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan
beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki complete.
Konsistensi AHP
  • Perhitungan Indeks Konsistensi (CI)
x
  • Hasil Perkalian
(1)(0,1993)+(1/5)(0,6535)+(3)(0,0860)+(4)(0,0612) = 0,8328
  • Hasil pembagian dengan vektor preferensi
Indeks Konsistensi (CI) :
Jika CI = 0 maka Southcorp merupakan pengambilan keputusan yang sangat konsisten.
Tingkat konsisten yang dapat diterima didapat dengan mambandingkan CI dengan RI(Random Index)
n
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RI
0
0,58
0,9
1,12
1,2
1,32
1,41
1,45
1,51

Secara umum, tingkat konsistensi memuaskan jika CI/RI < 0,10

  1. Model Perhitungan Nilai (Scoring)
Merupakan metode yang serupa dengan AHP tetapi lebih sederhana. Tiap alternatif keputusan dinilai berdasarkan seberapa jauh ia dapat memuaskan kriteria yang ada, berdasar formula berikut :
Contoh : Sweat dan Sweaters merupakan toko yang menjual pakaian katun. Perusahaan ingin membuka toko baru pada salah satu dari empat mall yang ada di daerah metropolitan Atlanta. Perusahaan telah menetapkan lima kriteria yang penting untuk pengambilan keputusan dengan bobot-bobot tertentu sebagai berikut :

Kriteria Keputusan
Bobot (0 sampai 1)
Nilai untuk alternative (0 sampai 100)
Mal 1
Mal 2
Mal 3
Mal 4
Kedekatan dengan sekolah
0,3
40
60
90
60
Pendapatan rata-rata
0,25
75
80
65
90
Lalu lintas kendaraan
0,25
60
90
79
85
Kualitas dan ukuran mal
0,1
90
100
80
90
Perkiraan mal terdekat
0,1
80
30
50
70

Penyelesaian :
Karena mall 4 memiliki nilai tertinggi maka mall ini akan direkomendasikan untuk dipilih diikuti dengan mall 3, 2 dan terakhir 1.



BAB III

PENUTUP



  1. Kesimpulan

Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan - kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi lemah. Keputusan adalah suatu ketetapan yang diambil oleh organ yang berwenang berdasarkan kewenangan yang ada padanya.
Multi-criteria decision making (MCDM) merupakan teknik pengambilan keputusan dari beberapa pilihan alternatif yang ada. Di dalam MCDM ini mengandung unsur attribute, obyektif, dan tujuan.

  1. Saran

Perlunya dilakukan suatu pertimbangan dan suatu aturan dalam setiap mengambil suatu keputusan, diantaranya dengan melakukan teknik goal programming, Analytical Hierarchy Process, dan Model Perhitungan Nilai (Scoring).



DAFTAR PUSTAKA



  • Taylor W. Bernard. 2004. Management Science Eight Edition. Prentice Hall : New Jersey.
  • _____2011 . Analytical hierarchy process,(,https://www.mdp.ac.id, di unduh pada tanggal 21 Juni 2014).
  • _____2011. Pengambilan Keputusan dengan multiple Kreteria, (https://www..mentari.dosen.narotama.ac.id, di unduh pada tanggal 21 Juni 2014).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Jabatan

Laporan Observasi PT Ramayana Lestari Sentosa,Tbk (RB16) Gresik

Makalah Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas