Makalah Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
MAKALAH
PERKEMBANGAN
PEMIKIRAN
MENGENAI
KUALITAS
Mata
Kuliah : Total
Quality Management
DOSEN
PENGAMPU :
Lilik
S Rahman. SE,MSM
Dibuat
oleh:
- Abu Tholib (12 311 099)
- Desy Riskawati (12 311 053)
- Khusnul Khotima (12 311 062)
- Meylinda Aviyani (12 311 063)
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH GRESIK
2014
KATA
PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini untuk memenuhi tugas dalam mata manajemen
diri
dengan judul
“Makalah
Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas”.
Kami
memilih judul tersebut dengan maksud agar para pembaca, masyarakat
umum serta mahasiswa
pada khususnya agar dapat memahami dan mengetahui
tentang Perkembangan
Pemikiran Mengenai Kualitas.
Selanjutnya
pada kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan terimakasih
kepada :
- Lilik S Rahman. SE,MSM yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami sehingga terwujudnya makalah ini.
- Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu per satu yang turut membantu kelancaran dalam penyusunan makalah ini.
Kami
sadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kami mohon ma’af serta
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan
makalah ini.
Akhirnya
dengan iringan do’a yang tulus ikhlas semoga makalah
ini dapat bermanfa’at bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya.
Gresik,
11
Oktober 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Kualitas
menjadi faktor utama bagi konsumen sebelum memutuskan membeli suatu
produk (barang atau jasa). Produk dengan dengan kualitas baik, tahan
lama, dan handal akan menjadi referensi utama bagi pelanggan ketika
dia atau sahabatnya ingin memiliki produk sejenis. Brand
(merek) perusahaan produsen akan meningkat dan semakin dikenal
masyarakat. Sebaliknya, pengalaman seseorang membeli produk dengan
mutu yang mengecewakan (disadari atau tidak) dapat menjadi ”iklan
negatif” yang sangat tidak menguntungkan pihak produsen. Cepat atau
lambat, produk yang berkualitas rendah akan ditinggalkan oleh
konsumen.
Yang
menarik, tingkat/standar konsumen akan kualitas suatu produk telah
berubah dari waktu ke waktu dengan tren yang terus meningkat, dimana
konsumen semakin selektif dan kritis. Pilihan merek produsen yang
banyak bisa saja menjadi salah satu penyebabnya. Ketika seorang
konsumen pernah kecewa pada suatu brang tertentu, maka sangat
tersedia banyak pilihan untuk beralih dan mencoba produk merek lain.
Selain
harga jual yang kompetitif dan ketersediaan barang/produk ketika
calon konsumen ingin membeli, maka faktor kualitas/mutu adalah hal
yang sangat diperhatikan oleh setiap produsen baik yang bergerak pada
industri elektronik, otomotif, makanan, layanan jasa atau industri
apa saja pun. Buktinya?…Kalau kita masuk ke sebuah perusahaan (yang
bergerak di bidang apa pun) akan sangat jarang ditemukan struktur
organisasi tanpa bagian/departemen kualitas.
Hampir
semua perusahaan (khususnya bidang manufaktur) mempunyai bagian
quality
control
atau quality
assurance
atau apa pun namanya. Bagian atau departemen ini bertanggung jawab
terhadap output
produk yang dihasilkan dan dijual di pasar.
Sesungguhnya
manajemen kualitas mencatat bahwa ada perubahan/evolusi yang terjadi
di dunia industri di seluruh dunia yang berlangsung dari waktu ke
waktu. Pada gambar di atas terlihat bahwa sistem manajemen kualitas
dimulai dengan dilakukannya inspeksi (inspection)
pada tahun 1920-an, yang kemudian berkembang menjadi pengendalian
kualitas (quality
control)
tahun 1940-an.
Tidak
berhenti disini, pada tahun 1970-an kita mengenal sistem penjaminan
kualitas (quality
assurance),
yang kemudian dalam perkembangan terakhir dari sistem manajemen
kualitas menjadi manajemen kualitas terpadu atau manajemen kualitas
total (total
quality management).
- Rumusan Masalah
- Bagaimana perspektif terhadap kualitas?
- Apa saja yang terdapat dalam dimensi kualitas?
- Bagaimana sejarah singkat mengenai kualitas?
- Apa saja yang terdapat dalam sumber kualitas?
- Apa definisi dan pandangan terhadap biaya kualitas?
- Bagaimana perilaku terhadap biaya kualitas?
- Bagaimana pandangan terhadap jumlah kesalahan optimum?
- Bagaimana pengukuran terhadap kualitas?
- Bagaimana pemikiran beberapa pakar mengenai kualitas?
- Tujuan
- Untuk mengetahui perspektif terhadap kualitas
- Untuk mengetahui dimensi kualitas
- Untuk mengetahui sejarah singkat mengenai kualitas
- Untuk mengetahui sumber kualitas
- Untuk mengetahui definisi dan pandangan terhadap biaya kualitas
- Untuk mengetahui perilaku terhadap biaya kualitas
- Untuk mengetahui pandangan terhadap jumlah kesalahan optimum
- Untuk mengetahui pengukuran terhadap kualitas
- Untuk mengetahui pemikiran beberapa pakar mengenai kualitas
- Metode Penulisan
Untuk
menjawab rumusan masalah yang ada, penulis melakukan dari kajian
pustaka dari berbagai sumber. Data tersebut dikumpulkan dan disusun
sehingga membentuk kesatuan isi yang utuh sesuai dengan masalah yang
dibahas.
- Sistematika Penulisan
Dalam
penulisan Makalah
ini penulis mencantumkan sistematika penulisan
yang
terdiri dari tiga
bab yaitu antara lain :
BAB
I : PENDAHULUAN
Didalam
bab pendahuluan ini diuraikan secara singkat mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB
II
: PEMBAHASAN
Dalam
bab ini diuraikan sacara teoris mengenai pembahasan yang berhubungan
dengan
materi yang dibahas secara keseluruhan.
BAB
III
: PENUTUP
Dalam
bab ini merupakan bab terakhir yng terdiri dari beberapa kesimpulan
dan saran.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Perspektif Terhadap Kualitas
Perspektif
terhadap
kualitas
menurut
David Garvin (dalam Lovelock, 1994) dan Ross (1993) mengidentifikasi
adanya lima alternatif perspektif kualitas yang biasa digunakan,
yaitu:
- Transcendental Approach, Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam seni music, drama, seni tari, dan seni rupa.
- Product-based Approach, Pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. Pandangan ini sangat objektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan preferensi individual.
- User-based Approach, Pendekatan didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang (misalnya perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.
- Manufacturing-based Approach, Pendekatan ini berfokus pada penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secara internal, yang seringkali didorong oleh tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya. Jadi, yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, bukan konsumen yang menggunakannya.
- Value-based Approach, pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Kualitas dalam perspektif ini bersifat relative, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi yang paling bernilai adalah produk atau jasa yang paling tepat dibeli (best-buy)
- Dimensi Kualitas
Ada
delapan dimensi kualitas yang dikembangkan Garvin dan dapat digunakan
sebagai
kerangka
perencanaan strategis dan analisis, terutama untuk produk manufaktur.
Dimensi-dimensi
tersebut adalah:
- Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti.
- Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau
pelengkap. - Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai.
- Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
- Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.
- Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi;
penanganan keluhan yang memuaskan. - Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
- Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Bila
dimensi-dimensi di atas lebih banyak diterapkan pada perusahaan
manufaktur, maka berdasarkan berbagai penelitian terhadap beberapa
jenis jasa, Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1985) berhasil
mengidentifikasi lima kelompok karakteristik yang digunakan oleh para
pelanggan dalam mengevaluasi kualitas jasa, yaitu :
- Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.
- Kehandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
- Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
- Jaminan (assurance), mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan.
- Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan para pelanggan.
- Sumber Kualitas
Paling
tidak, ada lima sumber kualitas yang biasa dijumpai yaitu:
- Program, kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen puncak.
- Sistem informasi yang menekankan ketepatan, baik pada waktu maupun detail.
- Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif produk sebelum dilepas ke pasar
- Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihara baik, pekerja yang terlatih baik, dan penemuan penyimpangan secara cepat.
- Manajemen vendor yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama.
- Definisi dan Pandangan Terhadap Biaya Kualitas.
Biaya
kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena
kualitas yang
buruk.
Jadi biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan,
pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan.
Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu:
Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu:
- Biaya pencegahan (prevention cost), untuk mencegah kerusakan produk yang
dihasilkan. - Biaya deteksi/ penilaian(detection/appraisal cost), untuk menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas.
- Biaya kegagalan internal (internal failure cost), biaya yang terjadi karena ada ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut dikirimkan ke pihak luar (pelanggan).
- Biaya kegagalan eksternal (external failure cost), biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan.
- Biaya Pencegahan
Ada
beberapa macam biaya yang termasuk dalam kelompok biaya pencegahan,
yaitu :
- Teknik dan Perencanaan KualitasBiaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan patokan rencana kualitas produk yang dihasilkan, rencana tentang kehandalan, rencana pemeriksaan, system data, dan rencana khusu dari jaminan kualitas.
- Tinjauan Produk BaruBiaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyiapan usulan tawaran, penilaian rancangan baru dari segi kualitas, penyiapan program percobaan dan pengujian untuk menilai penampilan produk baru dan aktivitas-aktivitas kualitas lainnya selama tahap pengembangan dan pra produksi dari rancangan produk baru.
- Rancangan Proses atau ProdukBiaya-biaya yang dikeluarkan pada waktu perancangan produk atau pemilihan proses produksi yang dimaksudkan untuk meningkatkan keseluruhan kualitas produk tersebut.
- pengendalian ProsesBiaya-biaya yang dikeluarkan untuk teknik pengendalian proses, seperti grafik pengendalian yang memantau proses pembuatan dalam usaha mencapai kualitas yang dikehendaki
- PelatihanBiaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan, penyiapan, pelaksanaan, penyelenggaraan, dan pemeliharaan program latihan formal kualitas.
- Audit KualitasBiaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan terhadap rencana kualitas keseluruhan.
- Biaya Deteksi/penilaian
- Pemeriksaan dan oengujian bahan baku yg dibeli, biaya ini merupakan biaya yg dikeluarkan untuk memetijsa dan menguji kesesuaian bahan baku yg dibeli dengan kualifikadi yg tercantum dalam pesanan.
- Pemeriksaan dan pengujian profuk, meliputi biaya yg terjafi untuk meneliti kesesuaian hasil produk dengan standart perusahaan.
- Memeriksa kualitas produk, biaya untuk nalaksanakan pemeriksaan kualitas profuk dalam proses maupun produk jadi.
- Evaluasi persediaan, biaya yg terjadi untuk menguji produk di gudang dengan tujuan untuk mendeteksi terjadinya penurunan kualitas produk.
- Biaya Kegagalan Internal
Biaya
Kegagalan Internal (Internal Failure Costs) Yaitu biaya-biaya yang
berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi (errors and
nonconformance) yang ditemukan sebelura menyerahkan produk itu ke
pelanggan. Biaya-biaya ini tidak akan muncul apabila tidak ditemukan
kesalahan atau nonkonformasi dalam produk sebelum pengiriman.
- Sisa bahan (Scrap)Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, material, dan biasanya overhead pada produk cacat yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki kerabali. Terdapat banyak ragam nama dari jenis ini, yaitu: scrap, cacat, pemborosan,usang,dll.
- Pekerjaan ulang (Rework) Biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kesalahan (mengerjakan ulang) produk agar meinenuhi spesiflkasi yang ditentukan.
- Analisis Kegagalan (Failure Analysis) Biaya yang dikeluarkan untuk menganalisis kegagalan produk guna menentukan penyebab-penyebab kegagalan itu.
- Inspeksi Ulang dan Pengujian Ulang (Reinspection and Retesting)
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk inspeksi ulang dan pengujian ulang produk yang telah mengalami pengerjaan ulang atau perbaikan kembali.
- Biaya Kegagalan Eksternal
Biaya
kegagalan Eksternal (External Failure Costs) Yaitu biaya-biaya yang
berhubungan dengan kesalahan dan nonkonformasi (errors and
nonconformance) yang ditemukan setelah produk itu diserahkan ke
pelanggan. Biaya-biaya ini tidak akan muncul apabila tidak ditemukan
kesalahan atau nonkonformasi dalam produk setelah pengiriman.
biaya
kegagalan eksternal terdiri atas beberapa macam biaya di antaranya
adalah:
- Jaminan (Warranty) Biaya yang dikeluarkan untuk penggantian atau perbaikan kembali produk yang masih berada dalam masa jaminan.
- Penyelesaian Keluhan (Complaint Adjustment) Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyelidikan dan penyelesaian keluhan yang berkaitan dengan produk cacat.
- Produk Dikembalikan (Returned Product) Biaya-biaya yang berkaitan dengan penerimaan dan penempatan produk cacat yang dikembalikan oleh pelanggan.
- Allowances
Biaya-biaya yang berkaitan dengan konsesi pada pelanggan karena produk yang berada dibawah standar kualitas yang sedang diterima oleh Informasi biaya kualitas dapat memmberikan berbagai macam manfaat, antara lain dapat digunakan untuk :
- Mengidetifikasi peluang laba (penghematan biaya dapat meningkatkan laba)
- Mengambil keputusan Icapital budgeting Idan berkaitan investasi lainnya.
- Menekan biaya pembelian dan biiaya yang berkaitan dengan pemasok,
- Mengidentifikasi pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki para pelanggan
- Mengidentifikasi system yang berlebihan
- Menentukan apakah biaya-biaya kualitas leboh didistribusikan secra tepat.Penentuan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba
- Mengidentifikasi masalah-masalah kualitas
- Dijadikan sebagai alat manajemen untuk ukuran perbandingan tentang hubungan masukan-keluaran,
- Dijadikan sebagai salah satu alat analisis Pareto untuk membedakan antara vital few dan trivial many,
- Dijadikan sebagai sebagai alat manajemen strategic untuk mengalokasikan sumber daya dalam perumusan dan pelaksanaan strategi,
- Dijadikan sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif.
- pelanggan atau yang tidak memenuhi spesifikasi dalam penggunaan.
- Pandangan terhadap Biaya Kualitas
Dewasa
ini, ada tiga kategori pandangan yang berkembang di antara para
praktisi mengenai biaya kualitas:
- Kualitas yang makin tinggi berarti biaya yang semakin tinggi pula.Atribut kualitas kinerja dan karakterisitik tambahan menimbulkan biaya yang lebih besar dalam tenaga kerja, bahan baku, desain, san sumber daya ekonomis lainnya.
- Biaya peningkatan kualitas lebih rendah daripada penghematan yang dihasilkan.Pandangan ini dikemukakan pertama kali oleh Deming dan dianut olleh para pemanufaktur jepang. Penghematan dihasikan dari berkurangnya tingkat lang, produk cat, dan biaya langsung lainnya yang berkaitan dengan kerusakan.
- Biaya kualitas merupakan biaya yang besarnya melebihi biaya yang terjadi bila produk atau jasa dihasilkan secara benar sejak awal.Pandangan ini dianut oleh para pendukung filosofi TQM. Biaya tidak mencakup biaya langsung, tetapi juaga biaya akibat kehilangan pelanggan, kehilangan pangsa pasar, an banyak biaya tersembunyi lainnya serta peluang yang hilang dan tidak teridentifikasi oleh system akuntansi biaya modern.
- Perilaku Biaya Kualitas
Kualitas
dapat diukur berdasarkan biayanya. Perusahaan menginginkan agar biaya
kualitas
turun, namun dapat mencapai kualitas yang lebih tinggi,
setidak-tidaknya sampai dengan titik tertentu. Bila standar kerusakan
nol dapat dicapai, maka perusahaan masih harus menanggung biaya
pencegahan dan penilaian/ deteksi. Menurut para pakar kualitas, suatu
perusahaan dengan program pengelolaan kualitas yang berjalan dengan
baik, biaya kualitasnya tidak lebih besar dari 2,5% dari penjualan.
Agar
standar tersebut dapat tercapai, maka perusahaan harus dapat
mengidentifikasi perilaku setiap elemen biaya kualitas secara
individual. Sebagian biaya kualitas bervariasi dengan penjualan,
namun sebagian lainnya tidak. Agar laporan kinerja kualitas dapat
bermanfaat, maka :
- Biaya kualitas harus digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap dihubungkan dengan penjualan.
- Untuk biaya variabel, penyempurnaan kualitas dicerminkan oleh pengurangan rasio biaya variabel. Pengukuran kinerja dapat menggunakan salah satu dari dua cara sebagai berikut :
- Rasio biaya variabel pada awal dan akhir periode tertentu dapat digunakan untuk menghitung penghematan biaya sesungguhnya, atau kenaikan biaya sesungguhnya.
- Rasio biaya yang dianggarkan dan rasio sesungguhnya dapat juga digunakan untuk mengukur kemajuan ke arah pencapaian sasaran produk.
- Untuk biaya tetap, penyempurnaan biaya kualitas dicerminkan oleh perubahan absolut jumlah biaya tetap.
- Pandangan Terhadap Jumlah Kesalahan Optimum
Berdasarkan
pendekatan tradisional biaya terendah dicapai pada level non zero
defect.
Pendukung
pandangan ini berpendapat bahwa biaya untuk mengatasi kesalahan
meningkat
dengan semakin banyaknya kesalahan yang terdeteksi dan berkurang
apabila ada sedikit kesalahan yang dibiarkan. Sebaliknya TQM
berpendapat bahwa biaya terendah dicapai pada level zero defect.
Pendukung
pandangan ini berpendapat bahwa meskipun kesalahan yang ada itu
jumlahnya besar, tetapi hal ini tidak memerlukan lebih banyak biaya
untuk memperbaiki kesalahan yang terakhir tersebut dibandingkan
dengan mengoreksi kesalahan yang pertama. Oleh karena itu biaya total
menurun terus sampai kesalahan terakhir diatasi. Dalam hal ini TQM
berpendapat bahwa quality
is free.
- Pengukuran Kualitas
Kualitas
dapat diukur melalui penelitian konsumen mengenai persepsi pelanggan
terhadap
kualitas suatu produk atau perusahaan. Penelitian konsumen tersebut
menggunakan
berbagai macam metode, misalnya sistem keluhan dan saran, ghost
shopping,
lost customer analysis, maupun dengan survei pelanggan. Pada
hakikatnya pengukuran kualitas suatu jasa atau produk hamper sama
dengan pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu ditentukan oleh variabel
harapan dan kinerja yang dirasakan (perceived
performance).
- Pemikiran Beberapa Pakar Kualitas
Tiga
pakar utama yang merupakan pionir dalam pengembangan TQM. Mereka
adalah
W.
Edwards Deming, Joseph M. Juran, dan Philip B. Crosby.
- Edwards Deming
Banyak
yang menganggap bahwa Deming adalah bapak dari gerakan total quality
management.
Tahap-tahap
dalam Siklus Deming terdiri dari:
- Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk (plan).
- Menghasilkan produk (do).
- Memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana (check).
- Memasarkan produk tersebut (act).
- Menganalisa bagaimana produk tersebut diterima di pasar dalam hal kualitas, biaya, dan kriteria lainnya (analyze).
Empat
Belas Point Deming (Deming’s
Fourteen Points)
- Ciptakan keajegan tujuan dalam menuju perbaikan produk dan jasa.
- Adopsilah falsafah baru.
- Hentikan ketergantungan pada inspeksi dalam membentuk mutu produk.
- Hentikan praktik menghargai kontrak berdasarkan tawaran yang rendah
- Perbaiki secara konstan dan terus-menerus sistem produksi dan jasa.
- Lembagakan on the job training.
- Lembagakan kepemimpinan.
- Hapuskan rasa takut.
- Hilangkan dinding pemisah antar departemen.
- Hilangkan slogan, desakan, dan target bagi tenag kerja.
- Hilangkan kuota dan manajemen berdasarkan sasaran.
- Hilangkan penghalang yang dapat merampok kebanggaan karyawan atas keahliannya.
- Giatkan program pendidikan dan self-improvement.
- Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap orang untuk
mengerjakannya.
Deming’s
Seven Deadly Diseases
Merupakan
pandangan Deming terhadap faktor-faktor yang dapat
merintangi
transformasi menuju bisnis berkualitas tingkat dunia, yakni:
transformasi menuju bisnis berkualitas tingkat dunia, yakni:
- Kurangnya keajegan tujuan untuk merencanakan produk dan jasa yang memiliki pasar yang cukup untuk dapat mempertahankan perusahaan dalam bisnis dan menyediakan lapangan kerja.
- Penekanan pada laba jangka pendek.
- Sistem pemeriksaan personal bagi para manajer dan manajemen berdasarkan sasaran tanpa menyediakan metode-metode atau sumber daya untuk mencapai sasaran tersebut.
- Job hopping oleh para manajer.
- Hanya menggunakan data dan informasi yang tampak dalam pengambilan
keputusan, hanya memberikan sedikit pertimbangan atau bahkan tidak sama
sekali terhadap apa yang tidak diketahui atau tidak dapat diketahui. - Biaya hutang yang berlebihan, yang dikarenakan para pengacara yang bekerja berdasarkan tarif kontingensi.
- Joseph M. Juran
Juran
yang memiliki dua gelar kesarjanaan (teknik dan hukum) ini
merupakan
pendiri dari Juran Institute, Inc. di Wilton, Connecticut. Institut ini bergerak dalam
bidang pelatihan, penelitian, dan konsultasi manajemen kualitas. Juran mendefinisikan kualitas sebagai cocok/sesuai untuk digunakan (fitness for use), yang mengandung pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh para pemakainya. Pengertian cocok ini mengandung lima dimensi utama yaitu kualitas desain, kualitas kesesuaian, ketersediaan, keamanan, dan field use.
pendiri dari Juran Institute, Inc. di Wilton, Connecticut. Institut ini bergerak dalam
bidang pelatihan, penelitian, dan konsultasi manajemen kualitas. Juran mendefinisikan kualitas sebagai cocok/sesuai untuk digunakan (fitness for use), yang mengandung pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh para pemakainya. Pengertian cocok ini mengandung lima dimensi utama yaitu kualitas desain, kualitas kesesuaian, ketersediaan, keamanan, dan field use.
Juran’s
Three Baasic Steps to Progress
Menurut
Juran, ada tiga langkah dasar sebagai langkah yang harus diambil
perusahaan bila mereka ingin mencapai kualitas tingkat dunia yaitu:
- Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan yang dikombinasikan
dengan dedikasi dan keadaan yang mendesak. - Mengadakan program pelatihan secara luas.
- Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen yang lebih tinggi.
Juran’s
Ten Steps to Quality Improvement
Sepuluh
langkah untuk memperbaiki kualitas menurut Juran, meliputi:
- Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk
melakukan perbaikan. - Menetapkan tujuan perbaikan.
- Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
- Menyediakan pelatihan.
- Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah.
- Melaporkan perkembangan.
- Memberikan penghargaan.
- Mengkomunikasikan hasil-hasil.
- Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai.
- Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem regular
perusahaan.
The
Juran Trilogy
Merupakan
ringkasan dari tiga fungsi manajerial yang utama, yaitu:
- Perencanaan Kualitas.
- Pengendalian Kualitas.
- Perbaikan Kualitas.
- Philip B. Crosby
Crosby
terkenal dengan anjuran manajemen zero
defect
dan pencegahan, yang menentang tingkat kualitas yang dapat diterima
secara statistic (acceptable
quality level).
Ia juga dikenal dengan Quality
Vaccine
dan Crosby’s
Fourteen Steps to Quality Improvement
Pandangan-pandangan Crosby dirangkumnya dalam ringkasan yang ia sebut
sebagai Dalildalil Manajemen Kualitas. Dalil-dalil tersebut antara
lain:
- Definisi kualitas adalah sama dengan persyaratan.
- Sistem kualitas adalah pencegahan
- Kerusakan nol (zero defect) merupakan standar kinerja yang harus digunakan
- Ukuran kualitas adalah price of non conformance
Crosby’s
Quality Vaccine
Terdiri
atas tiga unsur, yaitu Determinasi (Determination), Pendidikan
(Education), dan Pelaksanaan (Implementation). Setiap perusahaan
harus diivaksinasi agar memiliki antibody untuk melawan
ketidaksesuaian terhadap persyaratan (non-conformances).
Ketidaksesuaian ini merupakan sebab, sehingga harus dicegah dan
dihilangkan. Dalam menyiapkan vaksinasi, suatu perusahaan perlu
membuat lima unsur, yaitu:
- Integritas.
- Sistem
- Komunikasi
- Operasi
- Kebijakan
Crosby’s
Fourteen Steps to Quality Improvement
Empat
belas langkah untuk perbaikan kualitas menurut Crosby terdiri atas:
- Menjelaskan bahwa manajemen bertekad meningkatkan kualitas untuk jangka
panjang - Membentuk tim kualitas antar departemen
- Mengidentifikasi sumber terjadinya masalah saat ini dan masalah potensial
- Menilai biaya kualitas dan menjelaskan bagaimana biaya itu digunakan sebagai
alat manajemen. - Meningkatkan kesadaran akan kualitas dan komitmen pribadi pada semua
karyawan. - Melakukan tindakan dengan segera untuk memperbaiki masalah-masalah yang
telah diidentifikasi. - Mengadakan program zero defects.
- Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab dalam program kualitas tersebut.
- Mengadakan Zero Defects Day untuk meyakinkan seluruh karyawan agar sadar
akan adanya arah baru. - Mendorong individu dan tim untuk membentuk tujuan perbaikan pribadi dan
tim. - Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan kepada manajemen apa
hambatan-hambatan yang mereka hadapi dalam upaya mencapai tujuan kualitas. - Mengakui/menerima para karyawan yang berpartisipasi
- Membentuk dewan kualitas untuk mengembangkan komunikasi secara terus-menerus
- Mengulangi setiap tahap tersebut, karena perbaikan kualitas adalah proses yang tidak pernah berakhir.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Biaya
Kualitas merupakan Biaya yang berhubungan dengan
penciptaan,
pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Dan kualitas
dapat
diukur berdasarkan biayanya.
Dari
beberapa pemikiran tiga pakar kualitas, ada sejumlah kesamaan yang
dikemukakan oleh para pakar, yaitu :
- Inspeksi bukanlah jawaban atau kunci untuk melaksanakan perbaikan kualitas
- Keterlibatan dan kepemimpinan manajemen puncak sangat penting dan esensial dalam menciptakan komitmen dan budaya kualitas.
- Program kualitas membutuhkan usaha dari seluruh bagian/pihak dalam organisasi dan merupakan komitmen jangka panjang. Untuk itu dibutuhkan pula pendidikan dan pelatihan.
- Kualitas merupakan faktor primer, sementara scheduling merupakan faktor
tersebut.
- Saran
Sehubungan
dengan hasil penulisan, kami menyampaikan beberapa saran-saran
sebagai berikut:
- Diharapkan kepada berbagai lembaga pendidikan pada umumnya, untuk mengimplementasikan Total Quality management, dalam upaya untuk mengembangan pemikiran mengenai kualitas di Indonesia
- Diharapkan kepada pemerintah menggunakan wewenangnya untuk meminimalisir faktor-faktor teknis yang menyebabkan kualitas turun.
DAFTAR PUSTAKA
- Tjiptono, fandy. 2003. Total Quality Manajemen, Yogyakarta: Andi Offset
- Muhammad.2012.Perkembangan pemikiran Mengenai Kualitas, (http://muhammadavven-belajardesainweb.blogspot.com, di unduh pada tanggal 11 Oktober 2014).
Komentar
Posting Komentar